Jika Tautan Rusak atau Halaman Error,

Hubungi Halaman "Kontak Admin"

×

Cara Menghitung Tetesan Infus Makro Dan Mikro


Untuk yang mikro
Silahkan di hitung sendiri saja yah sesuai rumus.
Sedikit patokan tambahan mengenai pola pemberian tetesan infus yang harus habis sebagai berikut :

• 1 kolf = 500 cc = 7 tts/mnt, habis dalam 24 jam.
• 2 kolf = 1000 cc = 14 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 12 jam, sehingga 24 jam habis 2 kolf.
• 3 kolf = 1500 cc = 20 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 8 jam, sehingga 24 jam habis 3 kolf.
• 4 kolf = 2000 cc = 28 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 6 jam, sehingga 24 jam habis 4 kolf.
• 5 kolf = 2500 cc = 35 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 4.5 jam, sehingga 24 jam habis 5 kolf.



Cara Menghitung Tetesan Infus 

Menurut Purohito, cara menghitung tetesan infus per menit (TPM) secara sederhana adalah:
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Makro) Lamanya infus (jam) x 3
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Mikro) Lamanya infus (jam)

Contoh soal :
Berapa tetes per menit (TPM) jika cairan yang dimasukkan 500 ml dan habis dalam waktu 8 jam?

Jawab :
a. Bila faktor tetesan makro.
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Makro) Lamanya infus (jam) x 3
Tetes Per Menit = 500 ml
(Makro) 8 jam x 3
Tetes Per Menit = 500
(Makro) 24
Tetes Per Menit = 20
(Makro)
Jadi, cairan tersebut harus diberikan 20 TPM.

b. Faktor tetesan mikro.
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Mikro) Lamanya infus (jam)
Tetes Per Menit = 500 ml
(Mikro) 8 jam
Tetes Per Menit = 60
(Mikro)
Jadi, cairan tersebut harus diberikan 60 TPM.

Jenis Cairan Infus dan Kegunaannya

Dalam beberapa kondisi pasien membutuhkan cairan infus yang ditangani langsung oleh dokter dan perawat. Karena ada cukup banyak kondisi yang memerlukan terapi infus, maka ada banyak pula jenis cairan infus yang biasa digunakan di rumah sakit. Akan tetapi pada dasarnya cairan infus dapat dibagi menjadi dua macam, yakni cairan infus kristaloid dan koloid. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai macam-macam cairan infus.

Cairan Infus Kristaloid

Kristaloid merupakan cairan infus yang sering digunakan dalam perawatan medis. Cairan jenis ini memiliki kandungan natrium glukonat, natrium klorida, natrium asetat, dan magnesium klorida. Cairan kristaloid mempunyai partikel-partikel kecil yang dapat berpindah dari aliran darah ke dalam sel-sel dan jaringan tubuh dengan mudah.

Cairan infus kristaloid biasa dimanfaatkan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit dalam tubuh pasien. Di samping itu kristaloid juga berfungsi untuk menyeimbangkan pH, menghidrasi tubuh yang kekurangan cairan, serta sebagai cairan resusitasi untuk menyelamatkan nyawa seseorang.

Cairan kristaloid ini terbagi menjadi beberapa macam. Seperti cairan infus saline, ringer laktat, dan dextrose. Berikut penjelasan singkat masing-masing jenis tersebut.

Cairan Infus Saline

Cairan ini sering digunakan untuk keperluan perawatan medis. Cairan infus saline umumnya mengandung natrium klorida sebesar 0,9 persen dan natrium klorida 0,45 persen yang dapat larut dalam air. Fungsi cairan saline dengan kandungan natrium klorida 0,9% adalah untuk mengganti cairan tubuh yang hilang karena diare, syok, muntah, pendarahan, atau asidosis metabolik.

Tidak hanya itu saja, cairan ini juga bisa digunakan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit maupun sebagai cairan resusitasi. Hanya saja cairan saline 0,9 persen ini tidak disarankan untuk pasien yang memiliki gangguan jantung atau penyakit ginjal. Sebab kandungan natrium yang ada di dalam cairan infus tersebut bisa menyebabkan retensi cairan atau volume cairan berlebih.

Di sisi lain cairan saline natrium klorida 0,45% digunakan untuk pasien  yang mengalami kondisi hipernatremia atau gangguan elektrolit, dan ketoasidosis diabetik. Akan tetapi cairan ini bisa menyebabkan penurunan kadar elektrolit, atau kelebihan cairan pada paru-paru (edema paru).

Cairan Infus Ringer Laktat

Cairan infus ini memiliki kandungan natrium klorida, kalsium klorida, magnesium klorida, natrium laktat, dan air. Tujuan pemberian cairan infus ringer laktat adalah untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit. Akan tetapi Cairan ini juga bisa dimanfaatkan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang karena cedera, luka, maupun kondisi lain yang bisa membuat seseorang kehilangan darah dengan cepat.

Penggunaan cairan infus ringer laktat ini tidak boleh sembarangan. Pasien yang mempunyai pH tubuh lebih dari 7,5, penyakit hati yang tidak dapat melakukan metabolisme laktat, atau kondisi asidosis laktat tidak disarankan untuk menggunakan cairan ini.

Dextrose

Selain dua jenis di atas, dextrose juga merupakan cairan kristaloid yang biasa diberikan kepada pasien. Berbeda dengan dua jenis sebelumnya, dextrose hanya mengandung gula. Cairan infus ini biasanya diberikan bersamaan dengan obat lainnya untuk meningkatkan kadar gula darah. Dextrose biasa diberikan kepada pasien yang menderita hipoglikemia atau gula darah rendah.

Cairan infus ini juga bisa diberikan kepada orang yang mengalami hiperkalemia atau kondisi di mana kadar kalium yang ada di dalam tubuh lebih tinggi dari yang semestinya. Hanya saja Dextrose tidak bisa diberikan pada orang dengan kondisi medis tertentu. Sebab cairan infus ini bisa meningkatkan kadar gula darah dan menyebabkan penumpukan cairan di dalam paru-paru.

Cairan Infus Koloid

Selain cairan kristaloid, juga ada cairan infus koloid. Cairan ini mempunyai molekul yang lebih berat. Oleh karenanya molekul tersebut akan berada di dalam pembuluh darah dalam waktu yang cukup lama sebelum menyebar ke bagian tubuh lainnya. Koloid diberikan pada pasien dengan beberapa kondisi medis. Seperti pasien yang sakit kritis, pasien yang melakukan tindakan bedah, atau terapi ginjal baik memakai mesin dialisis atau tidak, serta pasien yang memerlukan transfusi darah.

Ada tiga macam cairan infus koloid. Yakni albumin, dextran, dan gelatin. Berikut penjelasan singkat ketidak jenis cairan infus koloid ini.

Albumin

Cairan infus albumin diberikan kepada pasien yang mengalami kehilangan banyak darah karena kecelakaan, atau pasien yang mengalami luka bakar parah, dan kondisi medis lainnya. Albumin juga bisa diberikan kepada pasien yang mempunyai kadar albumin rendah karena beberapa sebab. Seperti gagal ginjal, pankreatitis, melakukan tindakan pembedahan dan dialisis atau infeksi perut, operasi bypass jantung, dan gangguan pada ovarium yang diakibatkan oleh obat kesuburan.

Dextran

Cairan infus ini mengandung polimer glukosa. Dextran dimanfaatkan untuk memulihkan kondisi pasien yang mengalami gejala hipovolemia akibat dehidrasi, memulihkan kondisi kehilangan darah setelah operasi, dan mencegah terjadinya tromboemboli pasca operasi.

Gelatin

Gelatin merupakan salah satu cairan infus koloid yang memiliki kandungan protein hewani. Cairan infus ini umumnya diberikan kepada pasien yang mengalami kehilangan banyak darah. Di samping itu cairan infus gelatin juga bisa diberikan kepada pasien yang mengalami gejala hipovolemia yang berangsur membaik.

Tanda Kekurangan dan Kelebihan Cairan Infus

Di atas sudah dijelaskan bahwa pasien yang mengalami suatu kondisi medis tertentu bisa memperoleh terapi infus yang ditangani oleh dokter dan perawat. Di samping itu penggunaan cairan infus ini juga harus dengan perhitungan yang tepat dan perlu dicek secara berkala. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan cairan infus yang benar, dengan takaran yang tepat. Lalu bagaimana mengetahui bahwa pasien mendapatkan terlalu sedikit atau justru terlalu banyak cairan infus?